“The Power of Spirit”

Renungan PINGGIR :  ROMA 8 : 1 – 17

Hari Ketuangan Roh Kudus 2025, kita diajak untuk menghayati   “Hidup oleh Roh”.  Ajakan untuk beragama bukan dengan hukum-hukum dunia dan ritual-ritual, tapi “agama yang dimungkin dalam Kristus, yaitu agama Roh, pemberi hidup”, kata James Burton Coffman — Central Church of Christ in Houston, Texas–.  Sejak Tuhan Yesus naik  ke sorga, maka Dia bersama kita dalam wujud Roh Kudus, seperti yang dijanjikan-Nya. Kekuatan Roh adalah kekuatan Allah, kekuatan yang berlimpah-limpah  –yang kuasa-Nya menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, dan Kasih-Nya di dalam Kristus memberi kita keselamatan, itulah yang dimaksud dengan “The Power of Spirit”. Ada 3 pesan dalam akan kuasa Roh Kudus, menurut Roma 8:1-17  :

Pertama : Roh Memerdekakan  kita dari hukum dosa dan Hukum Maut (  Roma 8:2 ).  Hukum mengikat kita dan menghakimi kita bila  tidak taat melaksanakannya.  Termasuk Hukum Taurat.   Yudasime yang mengajarkan ketaatan pada Hukum Taurat menjamin untuk hidup selamat. Tapi, tidak ada seorangpun yang dapat melakukan hukum Taurat itu secara sempurna. Seharunya itu membebaskan, memerdekakan dan menyelamatkan tapi justru dengan hidup di bawahnya orang mengenal dan melakukan pelanggaran.  TuhanYesus dalam wujud Roh Kudus  memberikan kita hukum kasih    dengan “buah-buah Roh” ( Gal. 22:23 ).  Ini yang disebut dengan Agama Roh, yang menggantikan hukum Taurat  dengan hukum Kasih  yang memberikan buah-buahnya.

Kedua : Roh Melepaskan kita dari ikatan Kedagingan ( Roma 8:5-14 ).   Ikatan kedagingan membuat seseorang untuk selalu memikirkan perkara-perkara kedagingan.   Perkara-perkara itu menjadi enak dan manis, seperti pengidap “diabates”  justru suka sekali dengan makanan-makanan dengan kadar glukosa yang tinggi dan banyak.  Padahal itu menjerumuskan dan mematikan. Roh jahat  sering menawan manusia dengan pelebagai godaaan yang manis.  Paulus berkata dalam Roam 8:6 “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera”.     Keinginan daging identik keinginan akan maut,  ini erring kali tidak disadari. Memang itu disembunyikan roh jahat,  dan pasti  tidak pernah dia mengingatkannya.  Manusia yang diikat oleh keinginan daging, lemah kesadarannya  –ini sengaja dilemahkan–  agar supaya iblis semakin mendapatkan  sahabat  untuk menerima hukuman saat Kristus datang sebagai Hakim.   Tetapi Firman Tuhan mengingatkan “keinginan daging = mati”, sedangkan “keinginan Roh  adalah hidup”.    Karena  itu dalam dunia nyata “keinginan daging adalah perseturuan dengan Allah”  (Roma 6:7). Jadi bukan saja berlawanan  dengan kehendak Allah tapi “berseteru”   atau  melawan keinginan Allah.    Memang tubuh manusia adalah daging, dan akan mati. Tapi  jika seseorang hidup  dalam Roh  memang kedagingannya akan mati, tetapi   tetapi oleh Kuasa Roh ia akan bangkit akan hidup, sebagaimana Kristus telah mati tapi bangkit.

Ketiga : Roh yang menjadikan kita anak Allah  (Roma 8:18).   Anak yang tidk berada  dalam  penjara dosa, tapi berada   dan di bawah kasih karunia Allah.   Menjadi anak Allah menghentar kita menjadi  tidak takut pada perhambaan dan belunggu, tapi akan selalu berkata “ya, abba, ya Bapa” ( Roma 8:15b ). Charles Kingsley Barrett — a British biblical scholar and Methodist minister–  berkata  “sebatan  Abba adalah padanan kata “Bapa” dalam bahasa Aram; dan dengan demikian ungkapan itu secara harfiah berarti “Bapa, Bapa.”  pengulangan itu sebagai  salah satu ungkapan kasih sayang”.   Setiap orang yang hidup dalam Roh Kudus diberikan hak untuk menyebut Allah sebaga “Abba< ya Abba”.              Hari pentakosta ini kita dipanggil untuk  hidup dengan ”The Power of Spirit”, dalam mengisi seluruh hidup kita sebagai panggilan-Nya. Amin

Oleh Pdt. Jemmy R. Matheos.