“SUNAT–HATI”, Gerakan Spiritual

Renungan PINGGIR, ULANGAN 10 : 12 – 22


Oleh Pdt. Jemmy R. Matheos.

Sunat Lahiriah adalah tanda Perjanjian Allah. Tindakan Fisik yang bermakna Spiritual. Bahkan dalam Yadaisme di waktu kemudian menjadi syarat keagamaan. Tapi ‘sunat-hati” berbeda dengan “sunat lahiriah”, karena ini adalah tindakan spiritual yang bermakna spiritual, seperti dikatakan dalam ayat 16

“Sebab itu sunatlahhatimudan janganlah lagi kamu tegar tengkuk”. Ungkapan kata “tegar tengkuk” –Bah. Ibrani : “qashah oreph” = keras kepala, tidak mau menerima nasehat, merasa diri paling benar, menganggap pendapat lain tidak berarti– yang bertahta atau berada dalam mahkota hati, harus dipotong, dipisahkan dan di buang, itulah maksud “sunat hati”. Petter Pett — dalam “Commentary on Deuteronomy 10 in Pett’s Commentary on the Bible”— menjelaskan dengan indah peristiwa Sunat Hati

“sebagaimana diputuskan, dipisahkan dan selubung kulup mereka disingkirkan saat sunat, demikian pula ketegaran hati mereka harus dilihat sebagai selubung yang harus disingkirkan dan disingkirkan, agar mereka tidak lagi bersembunyi di baliknya. Semua penghalang yang memisahkan hati mereka dari Allah dan dari sesama mereka harus disingkirkan dengan tegas”.

Panggilan melakukan SUNAT HATI, dalam Ulangan 10 : 12-22 karena ada memiliki beberapa alasan : Pertama, Perintah Tuhan (ayat 12-15). Mereka dipanggil untuk takut akan TUHAN, hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, berpegang pada perintah dan ketetapn Tuhan. Tanpa Sunat Hati, mereka tidak akan mengasihi TUHAN dengan segenap hati. Kedua, Allahmulah Allah segala allah, dan Tuhan segala tuhan. Ia tidak memandang bulu dan menerima suap, membela hak anak yatim dan janda. Ketiga : Dialah yang menjadi pokok puji-pujian. Karena Ia melakukan perbuatan-perbuatan dahsyat. Di antaranya, hanya dengan tujuah puluh orang nenek moyang pergi ke Mesir mengubahnya menjadi seperti Bintang dilangit banyaknya.

Musa mengulangi panggilan melakukan Sunat Hati sebagai bentuk inisiatif TUHAN untuk membaharui umat-Nya dalam Ulangan 30 : 6 “Dan TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihiTUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup.”. Tujuan pelaksanaan sunat hati agar umat mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati. Karena itu Paulus berkata dalam Roma 2:29 : “Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati,secara rohani bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. Sunat hati adalah tanda akan adanya pembaharuan rohani. Ia tidak terlihat secara jasmani dan lahiriah, namun termanifestasi dalam sikap dan prilaku kasih kepada Allah dan sesama.

Ungkapan “Bapa sentuh hatiku, ubah hidupku menjadi yang baru, Bagai emas yang murni, Kau membentuk bejana hatiku”, dinyanyikan Maria Sandi. Tapi lagunya tercipta dari pengalaman seorang perempuan lain yang sangat TERLUKA HATINYA. Saat ia muda diperkosa ayahnya. Ia stress berat dan melahirkan, dan diikat seperti orang gila. Ia bermaksud membalas dendam kepada ayahnya yang menghancurkan masa depannya. Namun 1 hari sebelum melakukan pembalasan, Tuhan Yesus menampakkan diri kepada-Nya dalam mimpi dan berkata “Engkau harus mengampuninya”. Akhirnya ia mengampuninya. Beberapa waktu sesudah peristiwa itu ia membuat puisi yang digubah menjadi lagu rohani Kristen berjudul “Bapa Sentuh Hatiku”. Ia mengalami Sunat Hati, Suatu gerakan Spiritual Ilahi — atau pemurnian Ilahi– bagi mereka yang mau dibaharui melalui : pengakuan dosa, pengampunan dan pemulihan. Amin.