Renungan PINGGIR, ROMA 15 : 1 – 13

Menyenangkan sesama, itu mulia. Tapi menyenangkan dengan kualitas rohani yang murni. Kata Yunani “aresko” berarti : kesenangan, berkenan, menyukakan hati, menyenangkan hati. Perbuatan “aresko” untuk tujuan kebaikan, bukan keburukan dan kejatuhan sesama, sebagaimana perkataan Paulus dalam Roma 15 : 2 “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya”. Menyenangkan manusia untuk tujuan kebaikan, ungkapan dalam nas ini menurut J. Brewsteer — dalam “The Character of Christian Courtesy”, Bible Hud : Search, Read, Study The Bible– “bahwa dalam hal apa pun, menyenangkan sesama kita, tidak boleh ditempatkan sebagai pertentangan dengan menyenangkan Allah, atau diikuti dengan hal-hal yang tidak menyenangkan-Nya”. Menyenangkan sesama adalah bagian dari menyenangkan Allah. Ada beberapa pokok yang bekaitan dengannya dalam perikop ini :
Pertama : Panggilan yang kuat wajib menanggung yang lemah (Roma 15:1). Ini berhubungan dengan iman. Yang kuat dalam iman wajib menopang mereka yang ragu-ragu, bimbang, dan putus asa. Spiritualitas menjadi menara gading, bilamana yang beriman mengabaikan yang lemah imannnya. J. Brown DD. – dalam The duty of the strong to the weak – berkata : “Umat Kristen adalah sekelompok peziarah dari kota Kehancuran ke Yerusalem baru. Meskipun tidak ada yang dalam kesehatan yang sempurna, tidak ada yang tanpa beban, karena beberapa orang relatif sehat, kuat, dan tidak terbebani; namun yang lain lemah dan sakit-sakitan, dan sangat berbeban berat. Golongan pertama tidak boleh membentuk diri mereka menjadi kelompok yang terpisah, dan terus maju, tanpa memperdulikan apa yang mungkin terjadi pada saudara-saudara mereka yang kurang beruntung, membiarkan mereka mengikuti apa pun yang mereka mau”.
Kedua : Belajar dari Kristus yang tidak mencari kesenangan-Nya sendiri (Roma 15:3). Paulus menyampaikan nasehat ini untuk mengingatkan sebagaimana dalam Filipi 2:6 “yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan”. Ia telah “mengosongkan diri” ( Yunani “kenosis ) untuk menyenangkan (menyelamatkan) manusia. Paulus mengingat akan moto dari sifat manusia yang egois, yang juga merasuki orang-orang Roma dan mempengaruhi jemaat Kristen adalah “Setiap orang untuk dirinya sendiri, dan Allah untuk kita semua”. Untuk melawan moto duniawi yang seperempat dirohanikan ini, maka kita diajak untuk meneladani Kristus, di mana Ia rela menderita untuk memberi kesenangan seutuhnya yakni keselamatan bagi manusia.
Ketiga : Memuliakan, dan Pujilah Tuhan ( Roma 15:9-11). Tujuan dari menyenangkan sesama, menerima sesama dengan tulus seperti Kristus telah menerima kita, adalah untuk memuliakan dan memuji TUHAN. Bukan untuk memuliakan dan memuji manusia, kelompok atau golongan tertentu, tetapi semuanya diarahkan, berpusat pada sentralitas untuk memuliakan Allah. Berbagai ajaran dan filsafat yang kuat ada di Roma, tapi orang Kristen berada dan hidup di manapun dipanggil untuk memuliakan Allah. Dengan berbagai acuan Paulus mengingatkan orang Kristen di Roma untuk memuliakan Allah. Mengapa penting dan sangat penting memuliakan Allah ? Menurut R.A. Torrey — seorang penginjil, pendeta Kongregasional, pendidik, dan penulis Amerika — “kita memuliakan Allah disebabkan 7 perkara indah : kekudusan-Nya, rahmat-Nya, kesetiaan-Nya, perbuatan-Nya, hukum-hukum-Nya, keluputan-Nya, dan anugerah-Nya”.
Minggu ini memasuki minggu ke-2 bulan Juli 2025 kita kembali diingatkan oleh Firman Tuhan untuk melaksanakan panggilan memuliakan Allah dengan “menyenangkan sesama” untuk kebaikkan, sebagaimana yang dicontohkan Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Penebus kita. Amin.
