Renungan PINGGIR, Mazmur 145 : 1 – 21

Kuasa dan kasih-Nya, tak tertandingi. Lebih tinggi di gunung, lebih dalam dari lautan, lebih luas dari Samudera —inilah credo yang paling kental—. Berbagai syair pujian telah digubah, berbagai pengakuan khusus telah dinaikkan, berbagai “amal” telah dilakukan. Tapi semuanya itu menjadi hampa, bila tidak berisi tentang kuasa-kasih-Nya tak tertandingi. Mazmur 145, digubah oleh Daud, sang pujangga, mengalami dan merasakan kuasa-kasih Allah saat berada di padang ketika ia menggembalakan kambing domba waktu berusia remaja. Tetapi ketulusan dan kesungguhan hatinya tidak berubah saat Daud menjadi panglima, mengalahkan paukan-paukan musuh yang kuat dan bengis bagaimanapun. Bahkan saat Daud telah menjadi Raja, memimpin kedua belas suku Israel yang terpecah-pecah dan menyatukannya. Hati, pikiran dan jiwanya tetap bertaut pada Allah. Mazmur ini dikatakan sebagai rumusan credo yang kental tentang kuasa dan Kasih Allah. Bukan karena pokok ini disampaikan berulang-ulang, tetapi juga dengan deskripsi yang jelas dan mendalam. Albert Barnes — Teolog Amaerika abad 19 dalam buku Barnes’ Notes on the Whole Bible— berkata “Ini juga merupakan Mazmur Daud, dan yang terakhir dari seri di bagian koleksi ini. Judulnya sederhana, “Of Praise,” atau, dalam bahasa Ibrani, “Praise by David,” atau “Praise of David;” yaitu, salah satu lagu pujian Daud. Mazmur ini merupakan mazmur “alfabet”; artinya, setiap ayat dimulai dengan sebuah huruf alfabet Ibrani”.
Ada 3 pokok penting dalam mazmur 145 ini. Pertama : Kuasa Kasih-Nya yang AGUNG, agar selalu dinaikkan dan disaksikan (ayat 1-7). Seperti apakah bentuknya ?. Dalam bentuk nyanyian-nyanyian pujian yang tak pernah henti dan berkesudahan. Kemudian dalam bentuk “menceritakan” kepada semua orang. Tradisi menceritakan ini sebagai bentuk kesaksian. Sebagai raja, tentu Daud dapat saja memerintahkan, namun ia menyadari bahwa orang-orang berespon tentang kasih Tuhan tidak boleh diperintahkan atau dipaksakan tapi dengan “menceritakan” agar orang dapat menerimanya dengan ikhlas. Bentuk Pekabaran Injil dengan menceritakan, adalah tradisi yang tua dan sangat efektif dalam menyampaikan Injil. Di samping bentuk syair-syair pujian dengan nada dan irama lagu dan musik yang menggugah hati. Daud memakai bentuk ini, termasuk ketika menyampaikan pokok-pokok pujian tentang Tuhan kepada anak-anaknya, termasuk Salomo. Kedua : Kuasa dan Kasih-Nya yang agung, diperuntukkan untuk SEMUA ORANG ( ayat 8 -13 ). Daud memberitakan bahwa kasih sayang Tuhan bukan hanya untuk orang Israel saja, bukan cuma untuk keturunan suku Yehuda aja –sebagaimana suku Daud— tetapi untuk semua orang. Kasih sayang Tuhan yang “universal” ini, sebagai misinya untuk segenap bangsa-bangsa dan dunia. Israel, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia. Inilah tujuan yang sering disampaikan ketika Israel masih berada di padang gurun, dan saat mereka menerima Torat, itu akan dipergunakan bukan saja berada di padang itu, tetapi ketika mereka memasuki Kanaan, menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Ketiga : Tuhan penopang bagi SEMUA yang jatuh (ayat 14-21 ). Berjalan mengikuti Tuhan tidak selalu mulus. Ilustrasi : “naik sepeda dan mengendarainya”, setiap orang yang mau naik sepeda dan mengendarainya pasti pernah jatuh, tetapi semua pengendara sepeda tidak akan mundur atau menyerah. Demikian juga dalam kepengikutan kita pada Kristus, jika kita jatuh “Ia mengulurkan tangan-Nya” untuk mengangkat kita. Seperti kata nas “sekalipun jatuh, tidak akan tergeletak, karena Allah menopangnya”. Sebagaimana perkataan dalam ayat 18 “Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan” Minggu ke-3 September 2025, Kira dipanggil untuk senantiasa memuji dengan lagu pujian indah dan menurutkan dengan kesaskian yang tulus tentang Kasih dan Kuasa-Nya yang AJAIB. Amin.
