Renungan PINGGIR, MATIUS 22 : 15 – 22

Setiap hari kita harus mengambil keputusan untuk bergerak dan melangkah di tengah-tengah jebakan atau ranjau mematikan. Sedangkan kata “Jebakan Batman”, umumnya menunjuk pada gua kelelewar di mana Batman –pahlawan seperhero– tinggal, siapun yang mencarinya akan terjebak dengan jebakan-jebakan. Orang beriman hidup di tengah dunia yang penuh dengan jebakan. Salah melangkah meledak dan mematikan. Bukan cuma kita, TUHAN Yesus pun hendak dijebak dengan pertanyaan dalam ayat 17 “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?” Ini sungguh-sungguh jebakan, maju kena mundur kena.
Untuk mengerti latar belakang pertanyaan ini, Pdt. Dr. Philip W. Mclarty — dalam artikel Put God First, in Sermon Writer, Making Preacing More of a Joy—mengatakan : “Untuk diketahui: Herodian dan Farisi adalah teman yang aneh, dalam bentuk apapun. Herodian pro-Roma, Farisi anti-Roma. Terlepas dari bagaimana Yesus menjawab pertanyaan itu, dia pasti akan menyinggung satu pihak atau lainnya. Memihak kepada Herodian adalah melakukan bid’ah di mata Farisi, karena membayar pajak kepada Kaisar adalah, secara efektif, menyembah kepada dewa-dewa lain; tetapi memihak kepada Farisi adalah melakukan pengkhianatan di mata Herodian, karena menolak membayar pajak kepada Kaisar adalah tindakan pemberontakan. Dan jadi, mereka membujuk Yesus agar masuk dalam jebakan”. Yesus, sang Hikmat SEJATI, mengetahui kejahatan hati mereka dengan berkata “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik ?” (ayat 18b). Semua yang ada di dalam hati dan pikiran manusia “diketahui Tuhan”. Pasti, Tuhan mengetahui di mana ada jebakan-jebakan atau jerat-jerat kehidupan. Maka dengan penuh HIKMAT, Yesus melakukan 3 langkah, untuk menjawab dan mematikan jebakan-jebakan itu. Ibarat “problem catur”, maka Yesus ang Grand Master Hikmat itu dengan : Pertama, “menunjuk mata uang untuk pajak”. Mata uang Romawi adalah ilustrasi yang legal, kuat, dan tidak boleh diragukan. Gambar kaisar di dalamnya menunjuk pada siapa yang berkuasa secara sosial dan politik pada waktu itu. Kedua, “berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Ini penjelasan yang PALING KEREN, atau penjelasan dengan Hikmat Ilahi – Hikmat Tinggi, Hikmat Sorga, Hikmat Langit– untuk menjelaskan tentang ketaatan membayar kepada Kaisar dan mempersembahkan kepada Allah. Dr. Johanes Leimena —Perdana Menteri di zaman OrLA, ia mengutip perkataan Pdt. Dr. H. Richard Niubuhr tentang “double Cistizenship”– bermakna bahwa “orang Kristen memiliki tanggung jawab ganda yaitu sebagai warga negara Kerajaan Allah sebagaimana tercantum dalam Alkitab, di sisi lain juga diberikan tanggung jawab oleh Tuhan sesuai identitasnya sebagai warga negara Indonesia. Ketiga.”Mendengar itu heranlah mereka”. Di dalam Hikmat Yesus ada otoritas Ilahi, yang bukan aja menghentar Yesus dan pengikut-pengikut-Nya ke luar dari jebakan atau ranjau-ranjau tetapi juga menutup setiap mulut yang bertanya dan hendak mempermalukan-Nya. Penginjil Matius menjelaskan kekuatan Hikmat Allah di tengah-tengah kaum dan ajaran-ajaran yang kuat dan berpengaruh, tetapi tetap teguh dan kokoh dalam kesetiaan melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia ini. Orang Kristen, tidak harus meninggalkan dan terasing dari dunia, namun tetap berada dan bersaksi menjadi garam dan terang bagi dunia.
Lagu Kubawa Hidupku S’karang, dalam reffreinnya berkata : “Jadikan Aku Tuhan, Rumah Doa-Mu, Agar Semua Suku Bangsa, Datang Menyembah-Mu. Jadikan Aku Tuhan. Rumah Doa-Mu. Agar semua Suku Bangsa. Datang Menyembah-Mu”. Ini doa panggilan untuk melaksanakan tugas kita, para pengikut Yesus untuk untuk mengabdi dengan penuh keberanian dan setia menjaga kemurnian berada di tengah jebakan-jebakan dan ranjau-ranjau kehidupan. Amin.
