Renungan PINGGIR, 2 Timotius 3 : 10 – 17

Timotius dipanggil untuk menjadi “eksemplaris kehidupan”, atau teladan. Untuk itu ia mesti bertumbuh dalam iman. Keunikkan pertumbuhan iman Timotius, itu karena barkaiatan dengan konteks tantangan yang dihadapinya. Ada 4 dasar pertumbuhan iman Timotius :
Pertama : BERTUMBUH DARI KITAB SUCI (ayat 15-16). The Power of Scriptura, kekuatan ajaran kitab Suci berulang disampaikan. Sebagai rasul muda serta tantangan ajaran sesat, Timotius diingatkan untuk memiliki dasar pertumbuhan yang kokoh. Kitab Suci sebagai tulisan yang diilhamkan Allah memiliki 4 manfaat (ayat 16 ) : (1) Kitab Suci untuk mengajar. Pengajaran yang kuat berdasarkan kitab suci, ini menjadi “gaya hidup” beriman gereja mula-mula sehingga memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, dan kekuatan bertahan yang kokoh. 16 abad kemudian, Marthen Luther, reformator yang berani itu, mengingatkan gereja untuk kembali kepada iman berdasarkan kitab suci, bukan pada “tradisi” gereja. (2) Kitab Suci untuk menyatakan kesalahan. Kitab Suci atau Firman Tuhan, bukan untuk membiarkan atau menyembunyikan kesalahan, tetapi untuk menyatakannya. Anugerah pengampunan itu berlaku, saat ada pengakuan dosa. Tak ada pengampunan tanpa didahului pengakuan dosa yang tulus. Daud mengalaminya. Saat nabi Nathan mengingatkan kesalahannya, Daud menyadarinya dan mengaku dosa-dosanya. Namun menyatakan kesalahan, perlu metode yang berhikmat (seperti yang dilakukan nabi Nathan, dan juga Priskila dan Akwila kepada Apolos), tidak ada tendensius menghakimi. (3) Kitab Suci memperbaiki kelakuan. Pengakuan dosa yang sejati merupakan proses penting dari adanya pertobatan. Seseorang akan meninggalkan kelakukannnya yang lama dan mengenakan kelakukan yang baru yang sesuai dengan Firman TUHAN. (4) Kitab Suci mendidik dalam kebenaran. Pendidikan yang membabaskan adalah pendidikan yang menggiring seseorang untuk hidup dalam kebenaran.
Kedua : BERTUMBUH DALAM PENGANIAYAAN. (ayat 11). Penganiayaan dan sengsara, seperti lumpur yang membungkus Mutiara. Agar semakin bersinar, ia harus berada di dalam lumpur. Seperti “batu asah”, yang semakin mempertajam iman. Semakin banyak dan besar batu asah, semakin bermanfaat untuk mengasah pisau kehidupan. Seperti “hujan badai” untuk membentuk Pelangi indah. Mata iman akan memandang Pelangi indah, sebagai keindahan iman pada Kristus. Timotius, bukan hanya menghadapi ajaran sesat, tetapi seringkali penganut ajaran itu memakai banyak cara untuk mempengaruhi banyak orang sehingga melahirkan berbagai penganiyaan. Moto gereja mula-mula adalah “semakin dihambat, semakin merambat”, tidak melihat penganiayaan sebagai penghambatan, tapi sebagai “jalan” agar injil semakin disiarkan, Kristus dimuliakan.
Ketiga : BERTUMBUH DARI KETELADANAN RASUL (ayat 10). Keteladanan adalah bentuk menjadi garam dan terang. Bukan kesombongan Rohani, aktualisasi diri, tapi gaya hidup yang tulus ihlas. Pdt. Eka Darmaputera –dalam buku TUHAN dari Panci dan Poci— berkata “pengikut Kristus dipanggil untuk menjadi eksemplaris kehidupan”, menjadi contoh atau teladan. Tanpa keteladanan sejati, semua perkataan dan khotbah dan pengajaran adalah kosong dan semu belaka. Karena itu rasul Yakobus berkata “iman tanpa perbuatan adalah mati”. David Guzik — dalam Blue Letter Bible— berkata “Paulus tidak hanya mengajarkan hal-hal ini kepada Timotius dalam pengertian akademis belaka; tapi Timotius dipanggil mempelajari hal-hal ini dengan mengikuti teladan Paulus dengan saksama, karena Kekristenan yang terbaik tidak hanya diajarkan, tetapi juga dipahami dengan melihatnya, dan dijalani dalam diri orang lain”. Minggu ini kita diingatkan keteladanan hidup, atau “eksemplaris kehidupan” cara terampuh dari gerakan penginjilan, dan di dalamnya mesti ada Gerakan pertobatan dan pengakuan dosa sebagai bentuk dari pengajaran Alkitab. Mari kita merayakan bulan PI dan PK dengan melaksanakan substansi dari perayaan ini. Amin
